Selasa, 01 November 2016

Membangun Generasi Muda part-3

Pada kesempatan kali ini saya akan masih akan membahas bagaimana membangun generasi muda. dalam bahasan ini saya akan menekankan pada satu topik penting yaitu mengenai ideologi. Seberapa penting kah peran ideologi ini dalam membangun generasi muda akan kita bahas disini. ideologi merupakan nilai, keyakinan, dan cara bersikap secara kolektif. jadi ideologi ini merupakan suatu nilai yang dimiliki oleh sekelompok orang, bukan individu. ideologi tidak bisa berubah, tidak perlu dipikirkan lagi, tidak terasa, tetapi mampu menjelaskan realitas, memberikan seseorang orientasi berfikir dan bersikap, serta mendorong konsistensi.

contoh mudah dari gambaran ideologi adalah, diIndonesia berkendara selalu berada pada lajur kiri. orang tidak berpikir dua kali untuk berkendara pada lajur kanan atau kiri, justru akan menjadi hal yang aneh apabila sesorang berkendara pada lajur kanan. begitulah gambaran mudah dari ideologi. Ideologi mampu menggambarkan bagaimana seseorang akan bersikap.

ada banyak macam ideologi, diantaranya :
     1. Liberalisme
  mengutamakan pada kebebasan individu yang didasarkan pada nalar
     2. Sosialisme
   menekankan pada kolektivisme yang dikelola oleh negara dengan leadership yang kuat
     3. Komunisme
   masyarakat tanpa kelas, partai tunggal yang berkuasa, pemerintahan yang kuat dan centralistik
     4. Anarkisme
   penolakan pada semua jenis otoritas dan menekan pada otonomi individu
     5. Sosialisme demokrasi
   keseimbangan peran pasar dan negara. menjaga terjadinya kesenjangan sosial, namun berbahaya karena        memicu kemalasan
     6. Konservatisme
   mempertahankan tradisi. mereka menganggap nilai dalam masyarakat muncul secara perlahan, sehingga        tidak menyukai pergerakan yang radikal
     7. New right
   merupakan hasil koreksi dari paham ideologi lainnya.

indonesia secara hukum menganut ideologi pancasila. akan tetapi pada kenyataannya, indonesia lebih condong pada liberalisme. labilnya ideologi indonesia ini menyebabkan sulitnya memprediksi dan mengarahkan indonesia untuk bisa lebih maju lagi.l oleh karena itu, sebagai generasi muda ita harus memegang teguh ideologi kita sebagai pedoman untuk dapat membuat indonesia lebih maju lagi.

Selasa, 18 Oktober 2016

Membangun Generasi Muda part-2


 Pada tulisan kali ini saya akan mengulas mengenai kelas tjokro 2 yang berlangsung hari sabtu 15 Oktober 2016 kemarin. Mengangkat tema “Gerakan & Kepemudaan” hadir pada kelas tersebut M. Reza Syarifudin Zaki. Sosok yang sering dipanggil dengan ‘a’a zaki oleh mahasiswanya tersebut merupakan ketua sekaligus pendiri dari rumah imperium yang merupakan suatu wadah pemberdayaan dan peningkatan kualitas SDM


Indonesia tidak akan bersinar karena sebuah obor yang berada di Ibu Kota, akan tetapi Indonesia akan bersinar karena lilin-lilin yang tersebar didesa-desa. Itulah hal pertama yang disampaikan oleh mas zaki, pernyataan yang kemudian membuat saya berpfikir bahwa memang benar bukan ibu kota lah yang akan menyebabkan Indonesia maju suatu saat nanti, akan tetapi desa-desa yang mampu mandiri tidak lagi bergantung pada ibu kotanya. Telah lama Cina menyadari hal ini, sehingga CIna menyiapkan seluruh wilayahnya dengan dukungan penuh agar dapat berkembang. Karena hal itulah cina kemudian dijuluki sebagai negara tirai bambu yang berpaham sosialis sehingga sangat tertutup dengan dunia luar. 


Perkotaan bukan lah solusi bagi Indonesia untuk bisa maju. Sebaliknya perkotaan justru menjadi penyebab semakin terpuruknya Indonesia, perkotaan pula yang kemudian memaksa terjadinya transmigrasi dan urbanisasi. Setiap taun ribuan orang dari desa pergi merantau kekota dengan berharap bisa meningkatkan taraf hidupnya, namun hal ini justru menambah label perkotaan sebagi penyebab keterpurukan bangsa. Untuk dapat menanggulangi hal tersebut, desa-desa diIndonesia harus mampu membangun industrialisasi didaerahnya agar penduduknya tidak pergi merantau kekota. Itulah solusi yang sebenarnya dibutuhkan oleh Indonesia.

Namun siapakah yang berkewajiban untukmewujudkan itu semua? Pemerintah kah? Tentu saja pemerintah mempunyai peranan besar dalam hal ini. Tapi melihat kondisi pemerintahan saat ini dimana pemerintah sekarang hanya bisa menunggu bola, entah karena mereka tidak tahu cara menjemput bola atau memang malas untuk menjemput bola. Sebagai pemuda secara tidak langsung hal ini menjadi beban moral, karena generasi pemuda merupakan generasi yang masih mempunyai semangat tinggi, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan punya ide-ide kreatif yang dapat digunakan untuk membangun bangsa ini.
Generasi sendiri menurut ‘a’a Zaki dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Babby boomers
Merupakan generasi yang lahir saat terjadi perang dunia. Orientasi  generasi ini adalah memperbanyak penduduk yang hilang akibat perang  dunia.
2. generasi X
Generasi westernisasi, generasi yang senang dengan pemimpin yang  bersifat kebapakan
3. generasi Y
Generasi yang lahir pada rentang tahun ‘84-’94. generasi yang tidak mau  didoktrin tetapi suka mencari apresiasi.
4. generasi Z
Generasi yang berumur kurang dari 20 th. Merupakan generasi digital  native.
Sekarang sudah masuk zamannya generasi z. zaman dimana interinet sudah sangat lekat dengan masyarakat. Akan sanagt sulit bagi pemerintah ataupun pihak-pihak yang inigin membangun desa apabila tidak memahami hal ini. Satu-satunya car untuk melakukan gerakan didesa yang paling efektif adalah melalui media sosial di internet. Selain bersifat digital native, generasi z juga mempunyai kelemahan sebagai generasi instan yang secara tidak sadar generasi ini perlahan-lahan mereduksi ilmu pengetahuan kita.
Oleh karena itu sebagai generasi muda yang menjadi ujung tombak dari pergerakan, kita boleh menjadi generasi digital native, akan tetapi kita juga tetap harus aktif , kritis, dan yang paling penting peka dengan lingkungan disekitar kita. Mulailah pergerakan dari kampung halamanmu sendiri. Lihat kebutuhan masyarakat, jangan mengikuti kemauan pribadi karena pergerakan yang berdasarkan kebutuhan masyarakat bisa lebih sustainable.


Selasa, 11 Oktober 2016

Membangun Generasi Muda Indonesia part-1

Sabtu 8 Oktober kemarin dimulailah suatu kegiatan yang natinya diharapkan mampu melahirkan negarawan muda yang mampu memberikan pergerakan pada NKRI ini. Sekolah Tjokro, begitulah nama dari kegiatan ini. Kegiatan ini terinspirasi oleh sosok HOS Tjokroaminoto, yang bukan hanya kita kenal sebagai sosok Guru Bangsa yang melahirkan tokoh-tokoh hebat, tetapi juga seorang negarawan yang memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan masyarakat. Sekolah Tjokro dalam jangka panjang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan dengan komitmen menghidupkan kembali pemikiran kebangsaan Tjokroaminoto sesuai cita-cita konstitusional NKRI.



Ada kurang lebih Sembilan kelas tjokro yang akan dilaksanakan dalam kegitan ini. Sabtu kemarin menjadi Grand Opening Sekolah Tjokro, dengan mengangkat tema ketcokroan pada kelas pertama ini  yang coba mengulik kembali siapa sosok Tjokroaminoto itu sebenarnya, bagaimana perjalanan beliau hingga mampu melahirkan tokoh-tokoh hebat serta mendapat julukan guru bangsa. Hadir dalam kelas pertama ini Aji Dedi Mulawarman sebagai penulis buku HOS Tjokroaminoto serta Herry Zudianto walikota Yogyakarta 2001-2011.

Indonesia mengalami masa paling kritis sepanjang sejarah pada 1901-1919. Meletusnya gunung tambora, belum selesainya tanam paksa, dan liberisasi ekonomi yang masih berlangsung menjadi sebagian sebab kecil kritisnya kondisi Indonesia pada masa itu. Memang benar jika ada yang bilang bahwa seorang tokoh muncul dari kondisi yang sulit. Pada era itu Tjokroaminoto muncul dan mampu mencuri sejarah sebagai seseorang yang mampu memahami kegundahan batin masyarakat. Bapak kos dari Soekarno ini mempunyai prinsip hidup yang sangat luar biasa, “semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepandai-pandai siasat”.

Prinsip tersebut mempunyai makna yang snagat dalam. Umtuk bisa mencapai kesejahteraan masyarakat banyak musuh yang harus dilawan, diperlukan ribuan siasat untuk dapat mengalahkan musuh, siasat tidak bisa dibuat begitu saja namun perlu ilmu yang tinggi untuk bisa membuat siasat jitu, ilmu yang tinggi akan menjadi sia-sia bahkan memberikan dampak negatif tanpa adanya pegangan yang kokoh. Oleh karena itulah kata semurni-murni tauhid menjadi bagian pertama dalam prinsip hidupnya. Tauhid yang dalam hal ini adalah Islam bagi Tjokroaminoto adalah lokomotif pergerakan bangsa. Atas dasar itu pulalah pada tahun 1929 Tjokroaminoto membentuk PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) yang merupakan salah satu pergerakan yang dilakukan oleh Tcokroaminoto.

Ada empat hal dasar yang dilakukan Tjokro untuk melakukan pergerakan :
1.      Konsolidasi organisasi
2.      Gerakan sosial ekonomi
3.      Idealisasi
4.      Gerakan masyarakat nasional

Sedikit hal yang bisa kita pelajari dari sosok seorang Tjokroaminoto yang lahir dari keluarga bangsawan tetapi mati tanpa meninggalkan harta benda apapun. Pemimpin tidak ada hubungannya dengan jabatan, tetapi bagaimana seseorang selalu bisa memberikan motivasi dan inspirasi.