Selasa, 11 Oktober 2016

Membangun Generasi Muda Indonesia part-1

Sabtu 8 Oktober kemarin dimulailah suatu kegiatan yang natinya diharapkan mampu melahirkan negarawan muda yang mampu memberikan pergerakan pada NKRI ini. Sekolah Tjokro, begitulah nama dari kegiatan ini. Kegiatan ini terinspirasi oleh sosok HOS Tjokroaminoto, yang bukan hanya kita kenal sebagai sosok Guru Bangsa yang melahirkan tokoh-tokoh hebat, tetapi juga seorang negarawan yang memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan masyarakat. Sekolah Tjokro dalam jangka panjang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan dengan komitmen menghidupkan kembali pemikiran kebangsaan Tjokroaminoto sesuai cita-cita konstitusional NKRI.



Ada kurang lebih Sembilan kelas tjokro yang akan dilaksanakan dalam kegitan ini. Sabtu kemarin menjadi Grand Opening Sekolah Tjokro, dengan mengangkat tema ketcokroan pada kelas pertama ini  yang coba mengulik kembali siapa sosok Tjokroaminoto itu sebenarnya, bagaimana perjalanan beliau hingga mampu melahirkan tokoh-tokoh hebat serta mendapat julukan guru bangsa. Hadir dalam kelas pertama ini Aji Dedi Mulawarman sebagai penulis buku HOS Tjokroaminoto serta Herry Zudianto walikota Yogyakarta 2001-2011.

Indonesia mengalami masa paling kritis sepanjang sejarah pada 1901-1919. Meletusnya gunung tambora, belum selesainya tanam paksa, dan liberisasi ekonomi yang masih berlangsung menjadi sebagian sebab kecil kritisnya kondisi Indonesia pada masa itu. Memang benar jika ada yang bilang bahwa seorang tokoh muncul dari kondisi yang sulit. Pada era itu Tjokroaminoto muncul dan mampu mencuri sejarah sebagai seseorang yang mampu memahami kegundahan batin masyarakat. Bapak kos dari Soekarno ini mempunyai prinsip hidup yang sangat luar biasa, “semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, dan sepandai-pandai siasat”.

Prinsip tersebut mempunyai makna yang snagat dalam. Umtuk bisa mencapai kesejahteraan masyarakat banyak musuh yang harus dilawan, diperlukan ribuan siasat untuk dapat mengalahkan musuh, siasat tidak bisa dibuat begitu saja namun perlu ilmu yang tinggi untuk bisa membuat siasat jitu, ilmu yang tinggi akan menjadi sia-sia bahkan memberikan dampak negatif tanpa adanya pegangan yang kokoh. Oleh karena itulah kata semurni-murni tauhid menjadi bagian pertama dalam prinsip hidupnya. Tauhid yang dalam hal ini adalah Islam bagi Tjokroaminoto adalah lokomotif pergerakan bangsa. Atas dasar itu pulalah pada tahun 1929 Tjokroaminoto membentuk PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) yang merupakan salah satu pergerakan yang dilakukan oleh Tcokroaminoto.

Ada empat hal dasar yang dilakukan Tjokro untuk melakukan pergerakan :
1.      Konsolidasi organisasi
2.      Gerakan sosial ekonomi
3.      Idealisasi
4.      Gerakan masyarakat nasional

Sedikit hal yang bisa kita pelajari dari sosok seorang Tjokroaminoto yang lahir dari keluarga bangsawan tetapi mati tanpa meninggalkan harta benda apapun. Pemimpin tidak ada hubungannya dengan jabatan, tetapi bagaimana seseorang selalu bisa memberikan motivasi dan inspirasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar