
Indonesia tidak akan bersinar karena sebuah obor yang berada di Ibu Kota, akan tetapi Indonesia akan bersinar karena lilin-lilin yang tersebar didesa-desa. Itulah hal pertama yang disampaikan oleh mas zaki, pernyataan yang kemudian membuat saya berpfikir bahwa memang benar bukan ibu kota lah yang akan menyebabkan Indonesia maju suatu saat nanti, akan tetapi desa-desa yang mampu mandiri tidak lagi bergantung pada ibu kotanya. Telah lama Cina menyadari hal ini, sehingga CIna menyiapkan seluruh wilayahnya dengan dukungan penuh agar dapat berkembang. Karena hal itulah cina kemudian dijuluki sebagai negara tirai bambu yang berpaham sosialis sehingga sangat tertutup dengan dunia luar.
Perkotaan bukan lah solusi bagi Indonesia untuk bisa maju. Sebaliknya perkotaan justru menjadi penyebab semakin terpuruknya Indonesia, perkotaan pula yang kemudian memaksa terjadinya transmigrasi dan urbanisasi. Setiap taun ribuan orang dari desa pergi merantau kekota dengan berharap bisa meningkatkan taraf hidupnya, namun hal ini justru menambah label perkotaan sebagi penyebab keterpurukan bangsa. Untuk dapat menanggulangi hal tersebut, desa-desa diIndonesia harus mampu membangun industrialisasi didaerahnya agar penduduknya tidak pergi merantau kekota. Itulah solusi yang sebenarnya dibutuhkan oleh Indonesia.
Namun siapakah yang berkewajiban untukmewujudkan itu semua? Pemerintah kah? Tentu saja pemerintah mempunyai peranan besar dalam hal ini. Tapi melihat kondisi pemerintahan saat ini dimana pemerintah sekarang hanya bisa menunggu bola, entah karena mereka tidak tahu cara menjemput bola atau memang malas untuk menjemput bola. Sebagai pemuda secara tidak langsung hal ini menjadi beban moral, karena generasi pemuda merupakan generasi yang masih mempunyai semangat tinggi, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan punya ide-ide kreatif yang dapat digunakan untuk membangun bangsa ini.
Generasi sendiri menurut ‘a’a Zaki dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Babby boomers
Merupakan generasi yang lahir saat terjadi perang dunia. Orientasi generasi ini adalah memperbanyak penduduk yang hilang akibat perang dunia.
2. generasi X
Generasi westernisasi, generasi yang senang dengan pemimpin yang bersifat kebapakan
3. generasi Y
Generasi yang lahir pada rentang tahun ‘84-’94. generasi yang tidak mau didoktrin tetapi suka mencari apresiasi.
4. generasi Z
Generasi yang berumur kurang dari 20 th. Merupakan generasi digital native.
Sekarang sudah masuk zamannya generasi z. zaman dimana interinet sudah sangat lekat dengan masyarakat. Akan sanagt sulit bagi pemerintah ataupun pihak-pihak yang inigin membangun desa apabila tidak memahami hal ini. Satu-satunya car untuk melakukan gerakan didesa yang paling efektif adalah melalui media sosial di internet. Selain bersifat digital native, generasi z juga mempunyai kelemahan sebagai generasi instan yang secara tidak sadar generasi ini perlahan-lahan mereduksi ilmu pengetahuan kita.
Oleh karena itu sebagai generasi muda yang menjadi ujung tombak dari pergerakan, kita boleh menjadi generasi digital native, akan tetapi kita juga tetap harus aktif , kritis, dan yang paling penting peka dengan lingkungan disekitar kita. Mulailah pergerakan dari kampung halamanmu sendiri. Lihat kebutuhan masyarakat, jangan mengikuti kemauan pribadi karena pergerakan yang berdasarkan kebutuhan masyarakat bisa lebih sustainable.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar